Di Indonesia yang merupakan negara agraris banyak sekali tumbuh-tumbuhan yang dapat tumbuh. Salah satunya pohon srikaya. Untuk mendapatkan buah ini di Jawa mungkin tidak terlalu susah karena masyrakat banyak menanamnya untuk berbagai macam kebutuhan. Pohon srikaya memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh kita selain rasanya yang manis. Buah ini juga mudah ditemukan di pasar maupun supermarket.
Selain itu mengembangbiakkan tanaman ini tidak begitu sulit, karena bibit tanaman ini tidak begitu langka. Akan tetapi tumbuhan ini akan punah jika masyarakat tidak melestarikannya. Dengan mengetahui manfaat-manfaat tumbuhan masyarakat akan tergerak kesadarannya untuk membudidayakan tanaman tersebut. Karena itu inovasi-inovasi tentang pemanfaatan tumbuhan juga berperan penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati.
Karena sifatnya yang ekonomis maka tanaman Srikaya dapat dijadikan bahan dasar pembuatan obat-obatan alami yang murah. Sehingga obat-obat tersebut diharapkan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Selain sifatnya yang ekonomis tanaman srikaya juga merupakan tanaman epidemik, yaitu tanaman yang dapat tumbuh tidak hanya di tempat asalnya, menjadikan tanaman ini mudah dibudidayakan.
Resep salep daun Srikaya ini sebenarnya telah diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga resep ini dapat dikategorikan sebagai resep tradisional. Namun masyarakat sekarang cenderung memilih obat-obat kimia daripada resep tradisional, sehingga obat-obatan tradisional kini kurang dikenal masyarakat.
Indonesia sebenaranya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Sehingga bahan-bahan alami di negeri ini sudah tidak diragukan lagi. Sehingga obat-obat dari bahan alami dapat diproduksi dengan biaya yang ekonomis dan bermutu baik. Itu dikarenakan motto ilmu kedokteran yang menyatakan ”Hidup lebih baik dengan obat-obatan dari bahan herbals”
Tumbuhan ini dapat hidup di tanah berbatu kering, dan terkena sinar matahari langsung. Tumbuhan ini baru bis berbuah ketika sudah berumur 3-5 tahun. Pada masyarakat pedesaan pohon ini dijadikan tumbuhan pekarangan. Pohon ini bisa kita jumpai sampai dengan ketinggian 800 m di atas permukaan air laut.
Buah yang sering di sebut buah nona ini berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih. Termasuk semak semi-hijau abadi atau pohon yang meranggas mencapai 8 m tingginya. Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga berlebar 2-3 cm, dengan enam daun bunga/kelopak, kuning-hijau berbintik ungu di dasarnya. Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-10 cm, dengan kulit berbenjol dan bersisik.
Daging buahnya putih, menyerupai sirsak dan memiliki rasa seperti podeng Buah ini memiliki berbagai macam kegunaan pada masing-masing bagian-bagiannya. Pada akar memiliki rasa pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat antiradang dan antidepresi. Pada daun memiliki rasa pahit, kelat, sifatnya sedikit dingin. Berkhasiat astringen, antiradang, peluruh cacing usus (antheimintik), serta mempercepat pemasakan bisul dan abses. Pada biji berkhasiat memacu enzim pencernaan, abortivum, anthelmintik, dan pembunuh serangga (insektisida). Kulit kayu berkhasiat astringen dan tonikum. Buah muda dan biji juga berkhasiat antiparasit.
0 komentar:
Posting Komentar