1. KUAT ARUS LISTRIK (I)
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan
listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I)
yang timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang
menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu
tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik
adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap
satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
para ahli telah melakukan perjanjian
bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron.
2. BEDA POTENSIAL ATAU TEGANGAN LISTRIK (V)
Terjadinya arus listrik dari kutub
positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub
positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif
dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang
lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Beda potensial antara kutub positif dan
kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya gerak listrik dan dalam
keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
# HUBUNGAN ANTARA KUAT ARUS LISTRIK (I) DAN TEGANGAN LISTRIK (V)
Hubungan antara V dan I pertama kali
ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama
George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
# HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN KAWAT DENGAN JENIS KAWAT DAN UKURAN KAWAT
Hambatan atau resistansi berguna untuk
mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu
rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk
menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar
komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:
3. HUKUM I KIRCHOFF
Dalam alirannya, arus listrik juga
mengalami cabang-cabang. Ketika arus listrik melalui percabangan
tersebut, arus listrik terbagi pada setiap percabangan dan besarnya
tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang tersebut. Bila hambatan
pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik yang melalui
cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus
listriknya besar.
Hukum I Kirchoff berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum kekekalan muatan listrik.Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
4. HUKUM II KIRCHOFF
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada
rangkaian tertutup yaitu karena ada rangkaian yang tidak dapat
disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih
ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan dengan cara rumit sehingga
penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan teknik khusus untuk
dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut. Jadi Hukum II
Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut yang
berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (ε) dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Hukum Kirchoff II dirumuskan sebagai berikut:
5. ENERGI LISTRIK
Karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W = V . I . t
Karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
6. DAYA LISTRIK
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat
listrik adalah merupakan besar energi listrik (W) yang muncul tiap
satuan waktu (t), kita tuliskan.
Sumber : www.imacokladh.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar